by :Afandi Chandra/p'e (PSTD Indonesia)
salah satu filosofi yg berpengaruh dari Silek Minangkabau adalah
tau garak jo garik...
Tau garak jo garik
Tau bayang kato sampai
Tau rantiang nan ka mancucuak
Tau batu nan ka manaruang
Alun takilek lah takalam
(seorang pandeka tidak boleh bersifat terburu nafsu, pendorong dan memakai ilmu katak; bila teringat langsung melompat….cara duduk, berdiri melangkah ataupun melenggang, menggerakkan bagian tubuh dan lain sebagainya selalu diiringi dengan kewaspadaan yang tinggi…..tidak saja hemat dengan gerak, akan tetapi juga hemat dengan kata-kata dan tutur bahasa, merasa takut akan menyinggung perasaan orang lain dan peka terhadap segala sesuatu yang akan terjadi.…)
Itulah ungkapan falsafah dari ajaran Pencak Silat Minang, Pencak silat yang lebih dikenal dengan istilah silat atau Silek sangat erat hubungannya dengan sejarah dan adat istiadat Minang Kabau di Sumatera Barat. masyarakat Minang yang berpedoman kepada adat basandi syarak, syarak basandi Khitabullah, dimana masyarakat minang benar-benar memegang teguh dan menjunjung tinggi adat istiadat berdasarkan agama yakni agama Islam. Dan ajaran Silat membentuk karakter masyarakat untuk mematuhi ajaran adat dan Agama tersebut karena Silek bagi orang minang merupakan ajaran yang sejalan dengan adat dan agama.
Silat minangkabau adalah salah satu kebudayaan khas yang diwariskan oleh nenek moyang orang minang kabau sejak zaman dulu. Dilihat dari asal-usulnya, aliran pencak silat minang berasal dari pusat kerajaan Minangkabau di Pagaruyung. Ajaran pencak silat yang berpedoman kepada Alam Takambang Jadi Guru (belajar dari pengalaman akan tantangan alam) sehingga membentu karakter ciri khas aliran-aliran pencak silat yang terdapat diminang, hal ini terlihat dari ciri permainan silat yang terdapat pada Luhak nan tigo, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, Luhak Lima Puluh Kota yang pada saat itu menjadi wilayah kekuasan Pagaruyung. Masing-masing aliran menyesuaikan gerakan dan keunikan alirannya berdasarkan ciri dari daerah yang mereka tempati. Seperti adanya aliran yang meniru gerakan dari binatang harimau, burung, buaya atupun ular. Disamping itu terdapat perbedaan antara daerah darek dan daerah pasisia, dimana daerah Darek (darat) memiliki tipe kuda-kuda rendah dari pada aliran yang ada di Pasisia (pesisir) sebab mereka tinggal didaerah perbukitan sedangkan daerah pasisie relatif berpasir yang umumnya ciri-ciri kuda-kudanya rendah dan kokoh.
Adapun aliran silat minang tersebut diantaranya: silat tuo, kumango, starlak, lintau, pauh, sungai patai, harimau campo, buayo, silek gadang, luncua, silek lamo, gunung paninjau, paninjauan jantan dan paninjauan batino, pusako, sakato, baringin, palito, sunua,dll
Silat merupakan sarana pembentukan generasi muda diminangkabau, dimana pada dahulunya silat minang diajari dirumah ataupun disurau atau langgar. Biasanya latihanya dilakukan dimalam hari setelah pengajian ditambah lagi pada zaman dulu para pemuda tersebut tinggal disurau ataupun musahala dikampungnya. Dan hal ini memudahkan pengembangan silat diranah minang dan dan setelah pengajian malam mereka biasanya belajar silat bersama-sama yang diajarkan oleh dubalang ataupun ninik mamak. Sehingga silek bagi orang minang benar-benar menjadi sarana ilmu pengetahuan, pengembang mental, pendewasaan diri, moral, budaya dan adat istiadat.
Pencak Silat telah mengakar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat minangkabau, hal ini terlihat dengan upacara-upacara yang mengikut sertakan silat dalam kegiatannya,seni silat ini yang biasanya disebut Pancak (Pencak). Pancak diartikan sebagai bunga-bunga dari silek yang mengandung unsur seni keindahan gerak dari silat minang, berbeda halnya dengan silek yang merupakan permainan beladiri yang sesungguhnya tidak dapat dipertandingkan ataupun dipertontonkan. Oleh karena itu setiap seni pertunjukan yang ada di minangkabau selalu membawakan gerakan-gerakan pancak. Hal ini terlihat pada tarian-tarian tradisional minang, Seperti tari galombang yang ditampilkan pada upacara penobatan penghulu ataupun acara perkawinan, tari pasambahan pada upacara penyambutan tamu, tari piring, tari sewah, dan tari randai dimana sekelompok orang yang menari membentuk lingkaran mengisahkan hikayat cerita dan berbalas pantun secara bergantian yang adakalanya mereka menyepak, menerjang, memulkul ataupun menepuk dengan tangan.
Gerakan silek minang benar-benar merupakan rangkaian gerakan yang sarat akan makna etis, teknis, estetis dan sportif, yang merupakan falsafah budi pekerti luhur. Sehingga Pencak Silat pada hakekatnya adalah sarana dan meteri pendidikan rohani dan jasmani untuk membentuk manusia seutuhnya yang berkualitas, baik mental maupun fisik. Dengan demikan seorang Pandeka minangkabau adalah insan yang memiliki iman dan tagwa, memiliki sikap percaya diri dan tahu diri, rasa persaudaraan, kebersamaan, tolong menolong, arif dan bijaksana, saling menghormati dan menghargai orang lain sabar dan tidak sombong. Sehingga selama falsafah hal ini di pegang teguh, Silat Minang akan selalu ada dan mengakar dibumi ranah minang.