Sabtu, 14 Januari 2012

innalilllahi wa innalillahi raji'un
UKM PANDEKAR turut berduka cita atas
berpulangnya ke Rahmatullah guru besar beladiri Tifan Pokhan indonesia
ustadz AD el Marzdedek dalam usia 73 tahun diBandung
kontribusi yang melegenda dari beliau adalah perannya sebagai penyebar ilmu beladiri Islam asal Asia Tengah, Thifan Pokhan. Dari tangannya telah lahir banyak pendekar-pendekar Thifan Pokhan, sebuah aliran beladiri Islami,Ustadz Marzdedeq juga dikenal sebagai penulis buku di bidang akidah dan Yahudilogi.
semoga amal dan ibadahnya diterima oleh Allah SWT..

Minggu, 01 Januari 2012

Beladiri dan Diri kita

Apa yang ada dalam pikiran masyarakat ketika mendengar kata-kata beladiri(martial art)??

Sungguh beragam apa yang masyarakat pikirkan tentang beladiri,mulai dari suatu identitas pria,hingga sampai yang sederhana adalah sebuah olahraga,mungkin saja tidak ada yang bisa memungkiri bahwa apa yang ada didalam pikiran masyarakat tentang beladiri benar adanya,karena didalam beladiri itu sendiri ada nilai-nilai life style(saat ini),dan olahraga itu sendiri. Akan tetapi cukupkah kita memahami beladiri sampai pada tahap life style dan olahraga semata dalam porsi pemahaman yang jauh lebih banyak dari yang lainnya. Tentu tidak, mengapa??

1. Beladiri sebagai budaya

2. Beladiri sebagai kontrol diri dan social

3. Beladiri sebagai sarana pengenal diri dengan yang menciptakan diri(Tuhan)

1. Beladiri sebagai budaya

Tentu pemahaman bahwa beladiri sebagai budaya sudah menjadi mutlak untuk kita ketahui,karena beladiri apapun itu sejatinya menampakkan budaya dari Negara asalnya,katakanlah Wushu dari cina,Karate dari jepang, Tae kwon do dari Korea, lebih lagi Silat,kesemuanya itu adalah perwakilan dari budaya Negara masing-masing.

2. Beladiri Sebagai kontrol diri dan social

Sepertinya akan lebih dalam maknanya ketika kita mengikuti beladiri tidak sampai pada tahap sekedar ikut-ikutan(lebih-lebih untuk keren-kerenan),tapi sampai pada tahap mengenal lebih jauh tentang pemaknaan(filosofi),dimana filosofi akan mengantarkan kita terhadap control diri sepenuhnya,emosi disiplin gerak,hingga sampai pada bagaimana memberlakukan orang lain selayaknya diri kita,karena beladiri apapun itu mengajak untuk memanusiakan manusia.

3. Beladiri sebagai sarana pengenal diri dengan yang menciptakan diri( Tuhan)

Menurut saya inilah filosofi tertinggi dari beladiri bagaimana diri ini setelah lama menjadi beladiriwan/wati mengenal hakikat yang mesti menjadi muara rasa ketakutan kita,siapa yang mesti harus ditakuti dan ternyata kekuatan diri ini hanya karena yang Maha Kuat itu sendiri

Dari uraian diatas adakah pernyataan yang mampu menyatakan bahwa beladiri ada pembatasan umur,gender,atau strata hidup untuk mengikutinya???

Tentu tidak,karena semua orang punya hak untuk belajar budaya,mengenal dirinya dan Tuhannya

Tua muda,kaya miskin,pria wanita punya hak untuk belajar beladiri. Dan semua berhak untuk memilih.

Powered By Blogger

Cari Blog Ini